Malcom: Winger Eksplosif yang Nggak Takut Ambil Jalan Nggak Biasa

Kalau lo ngikutin sepak bola sejak akhir 2010-an, nama Malcom pasti sempat muncul di radar lo. Gimana nggak, dia dulu salah satu talenta muda Brasil yang digadang-gadang bakal jadi bintang masa depan. Speed dapet, teknik oke, finishing bagus, dan kaki kiri yang lethal. Tapi seperti banyak pemain lain dari Brasil, karier Malcom nggak jalan lurus. Ada tikungan, drama, dan pilihan karier yang bikin orang mikir dua kali.

Sekarang dia main di Arab Saudi, tapi bukan berarti kariernya redup. Justru dia salah satu pemain asing paling tajam di sana. Yuk, kita bahas dari awal: siapa sih Malcom, kenapa hype-nya gede banget dulu, dan gimana sekarang dia nemuin performa terbaiknya lagi di jalur yang nggak semua pemain berani ambil?


Awal Karier: Bakat Muda dari Corinthians

Malcom Filipe Silva de Oliveira lahir di São Paulo, Brasil, tanggal 26 Februari 1997. Dia muncul dari akademi Corinthians, salah satu klub terbesar di Brasil. Sejak remaja, dia udah jadi bahan omongan karena kecepatannya dan kemampuan nutup ruang sempit pakai kaki kiri.

Debut profesionalnya bareng Corinthians datang di usia 17 tahun. Dan nggak lama kemudian, dia langsung masuk daftar pantauan klub-klub Eropa. Yang menarik, Malcom waktu itu bukan cuma cepat dan jago dribble — dia juga punya visi dan finishing yang lumayan mateng buat usianya.


Lompat ke Eropa: Giroud Out, Malcom In

Tahun 2016, Malcom pindah ke Eropa buat gabung klub Ligue 1, Bordeaux. Di sinilah nama dia mulai benar-benar dikenal luas. Selama di Prancis, Malcom tumbuh jadi winger yang eksplosif. Dia rutin cetak gol dari luar kotak penalti, sering ngasih assist, dan kelihatan makin dewasa dalam permainan tim.

Musim terbaiknya? 2017–18, waktu dia mencetak 12 gol dan 7 assist dalam satu musim Ligue 1. Banyak klub langsung ngiler. Arsenal, Roma, Inter Milan, Bayern — semua sempat masuk daftar peminat. Tapi yang paling panas? Saga transfer ke AS Roma yang ditikung Barcelona di detik terakhir.


Barcelona: Transfer Besar yang Gak Dikasih Waktu

Roma udah ngumumin kalau Malcom bakal datang. Tiket pesawat udah dibeli. Fans udah nunggu. Tapi boom — Barcelona nyelipin tawaran di menit akhir dan langsung dapet tanda tangan dia. Sontak dunia bola heboh, dan Roma merasa ditikung parah.

Tapi masuk ke Barca ternyata gak kayak dongeng yang dibayangkan. Musim 2018–19, Malcom gabung di tim yang udah penuh bintang: Messi, Suárez, Dembélé, Coutinho. Dia kesulitan dapet menit main.

Total cuma main 24 kali di semua kompetisi, banyak di antaranya dari bangku cadangan. Padahal setiap dia main, performanya gak jelek-jelek banget. Malah sempat cetak gol penting ke gawang Inter Milan di Liga Champions. Tapi dia gak dapet kepercayaan penuh dari pelatih Ernesto Valverde.


Pindah ke Zenit: Rebuild Karier di Rusia

Musim panas 2019, Malcom cabut dari Barca dan pindah ke Zenit St. Petersburg di Rusia. Banyak yang bilang dia turun kasta. Tapi ternyata, ini justru salah satu keputusan terbaik dalam kariernya. Di Zenit, dia jadi pemain inti, bebas eksplorasi, dan akhirnya nemuin kembali rasa percaya dirinya.

Selama empat musim, dia bantu Zenit juara Liga Rusia beruntun. Bukan cuma jadi pelengkap, tapi jadi motor utama serangan tim. Musim 2022–23, dia cetak 23 gol dan 9 assist — angka yang luar biasa buat seorang winger.

Di Rusia, dia dapet tempat, dukungan pelatih, dan ritme bermain reguler. Buat pemain tipe Malcom yang sangat bergantung sama sentuhan dan feeling permainan, hal itu krusial banget.


Arab Saudi Calling: Jadi Bintang di Al Hilal

Musim panas 2023, Malcom jadi bagian dari gelombang pemain top yang pindah ke Arab Saudi. Dia gabung ke klub raksasa Al Hilal, bareng nama-nama kayak Neymar, Koulibaly, dan Mitrović. Banyak yang skeptis lagi. Katanya karier udah habis. Tapi Malcom sekali lagi buktiin: dia datang bukan buat liburan.

Musim debutnya di Liga Pro Saudi langsung oke banget. Dia jadi pemain penting di lini serang, sering kombinasi sama Neymar dan Milinković-Savić. Gol demi gol terus datang, assist jalan, dan dia akhirnya dapet sorotan lagi.

Beda sama banyak pemain yang main setengah hati di liga “uang banyak”, Malcom tetap kelihatan lapar. Dia press lawan, sprint terus, dan gak cuma jalan-jalan di lapangan.


Gaya Main: Cepat, Direct, dan Kaki Kiri Emas

Dari dulu sampai sekarang, gaya main Malcom sebenernya gak banyak berubah. Tapi dia makin matang.

  • Winger kanan dengan kaki kiri dominan
  • Suka cut inside dan nembak dari luar kotak
  • Punya sprint tajam dan akselerasi meledak
  • Vision oke, sering kasih through pass
  • Bisa eksekusi bola mati dan penalti

Kelebihannya juga ada di keseimbangan — dia bisa dribble tapi gak egois. Bisa nyerang tapi gak pelit assist. Dan sekarang, karena udah banyak pengalaman di berbagai liga, dia juga makin paham kapan harus cepat dan kapan harus sabar.


Timnas Brasil: Dapat Tapi Belum Nempel

Malcom sempat dipanggil Timnas Brasil senior, tapi sampai sekarang belum dapat posisi yang benar-benar “aman.” Dia pernah tampil di Olimpiade Tokyo 2020 dan bahkan cetak gol kemenangan di final lawan Spanyol. Tapi buat Timnas senior? Persaingan ketat banget.

Winger Brasil itu gak ada habisnya. Di posisi dia, lo punya: Raphinha, Rodrygo, Antony, Martinelli, dan banyak lagi. Jadi meskipun performa dia stabil di klub, masuk tim utama Brasil selalu butuh timing dan faktor keberuntungan.

Tapi performa dia di Arab Saudi bisa jadi alasan pelatih buat kasih panggilan lagi — apalagi kalau Malcom terus konsisten dan fit.


Statistik yang Layak Diacungi Jempol

Beberapa angka dari musim terakhir yang nunjukin kenapa Malcom masih layak dapet perhatian:

  • Gol (Al Hilal, 2023–24): 18+ gol di semua kompetisi
  • Assist: 10+ — duet maut bareng Neymar dan Mitrović
  • Akurasi tembakan: di atas 50%
  • Key pass per laga: sekitar 2
  • Sukses dribble: 60–70%
  • Menit per kontribusi gol: <100 menit sekali

Statistik ini bukan cuma keren buat standar Liga Saudi, tapi juga nunjukin bahwa Malcom tetap tajam dan efektif, bahkan setelah keluar dari spotlight Eropa.


Kesimpulan: Malcom Gak Pernah Gagal, Dia Cuma Ambil Jalan Lain

Banyak pemain yang begitu gagal di klub besar langsung hilang arah. Tapi Malcom beda. Dia tahu kapan harus cabut, kapan harus cari tempat baru, dan gimana caranya bangkit dari ekspektasi yang gak sehat.

Dia sempat dicap gagal di Barcelona, tapi justru bersinar di Rusia. Dia dicemooh waktu pindah ke Arab Saudi, tapi sekarang dia salah satu pemain terbaik di liga itu. Dan yang jelas, dia masih 28 tahun — bukan gak mungkin dia balik ke Eropa satu hari nanti.

Cerita Malcom itu bukan soal gagal atau sukses. Ini cerita soal adaptasi. Soal pemain yang gak takut ambil jalan berbeda, tapi tetap nunjukin bahwa dia punya kualitas dan mental untuk terus bersinar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *